Politik merupakan sebuah alat atau jalan untuk mencapai suatu tujuan. Pada implementasinya banyak cara di lakukan para aktor politik baik itu berupa straregi nyata seperti penebaran poster dan sebagainya dan strategi kasat mata yang melibatkan dukun.
Telah tiba musim kampanye dimana para aktor politik masing - masing merangkai strategi mereka demi mendapatkan suara. ramainya para pesaing dalam pencalonan membuat beberapa politikus menggunakan startagi tak lazim demi mendapatkan dukungan suara, seperti melibatkan dukun.
Dewasa ini terjadi fenomena unik yang terjadi di salah satu kecamatan di kabupaten Sambas. Dimana halaman rumah seorang paranormal atau dukun di penuhi parkiran mobil - mobil mewah. Menurut kesaksian warga sekitar, mobil mewah tersebut adalah kendaraan yang di gunakan para calon legeslatif. Tujuan kedatanganya ke tempat dukun / paranormal tak lain bermaksud untuk meminta langkah - langkah serta kiat spiritual agar dapat memenangkan pemilihan pada tahun 2019 mendatang.
Menurut penulis hal tersebut begitu unik. Andai saja seorang dukun mampu untuk membuat seorang aktor politik mendapatkan suara pada saat pemilihan, lantas mengapa dukun tersebut tidak mencalonkan diri sebagai anggota legeslatif ? Jadi apabila terpilih, otomatis yang tadinya dia berpropesi sebagai seorang dukun, maka akan naik jabatan menjadi anggota dewan dengan jaminan kehidupan yang jelas.
Lalu mengapa perdukunan tersebut sangat mudah di percayai oleh para caleg. sedangkan, apabila seorang caleg beragama Islam, maka secara terang - terangan mereka telah menjual akidah mereka demi sebuah jabatan. Itupun kalau memang mereka berhasil menang. Pada dasarnya para caleg yang pergi kedukun, sebelum mereka menjabat ataupun tidak setelah pemilihan terjadi, kerugian mereka sudah terhitung begitu besar karena telah menggadaikan akidah demi sebuah strata sosial.
Lantas, apakah yang dapat di petik dari kejadian tersebut ?
1. Untuk caleg yang datang ke dukun sudah pasti, mereka telah kehilangan akal sehat. Sebagai seorang aktor intelektual yang mencalonkan diri sebagai pemimpin, pantaskah kita memilih yang demikian ?
2. Apabila seorang caleg tersebut beragama Islam, sudah tentu mereka bukanlah seorang yang pantas di pilih. Karena tidak mungkin bagi seorang muslim untuk memilih seorang yang jelas - jelas tak mampu menjaga nilai akidahnya.
3. Seorang caleg yang pergi ke dukun sudah pasti tidak memikirkan rakyat apabila ia menjabat. Mengapa demikian ?, karena mereka yang menghalalkan segala cara untuk menjabat sebagai petinggi politik adalah mereka yang ambisius terhadap kepentingan pribadi tanpa memikirkan rakyat.
4. Seorang caleg yang pergi ke dukun mendekati 100% persen kemungkinan kejiwaannya sedang terganggu.
5. Seorang caleg yang ke dukun tidak mempunyai kepercayaan diri sebagai pemimpin. Kemungkinan besar ia hanya ingin mengumpulkan harta dan membesarkan nama.
Pantaskah kita memilih yang demikian, sedangkan kondisi masyarakat sekarang ini membutuhkan seorang yang mampu dan bertanggung jawab demi kesejahteraan rakyat. bukan malah berlomba - lomba mencalonkan diri demi kepentinga pribadi atau menimbun kekayaan.
Kita pemilih cerdas, tidak melihat dari pakaian mereka, tidak mendengar dari bibir mereka yang berkata, tidak merasa dengan akal. Namun kita melihat, merasa, dan mendengar dengan hati. Pemimpin yang peduli pada rakyat, pemimpin yang peduli pada keresahan masyarakat dalam koridor ekonomi, sosial, budaya.
Pilihlah mereka yang mendahulukan hati sebagai landasan untuk berfikir, bukan mereka yang menyimpangkan hati untuk mendahulukan akal. Selalu ada aktor politik baik, amanah, serta bertanggung jawab salah satunya adalah, Mardiana Caleg Partai Nasdem Dapil 3 Kabupaten Sambas. Nomer urut 1.
KOMEN KALLUU.. :)