Selama 2 abad Kesultanan Sambas Berdiri, selalu di
rongrong ole berbagai kekuatan baik yang datangnya dari dalam negeri maupun
luar negeri. Kedaulatan yang sering dilanggar menyebabkan terjadinya beberapa
peperangan. Sampai abad ke-18 Belanda
dan Inggris hanya berhasil melakukan perniagaan yang tidak mengikat. Hubungan
yang dijalin oleh Sultan Abubakar Tajudin I dengan Belanda dan Inggris
terbilang tak terlalu akrab. Kala itu pihak Inggris dan Belanda selalu berusaha
menuntut pembagian tanah yang lebih luas untuk kantor dagang dan benteng
(loji), sehingga menimbulkan pertengkaran antara Sultan dan Inggris yang tidak
hanya meminta hak monopoli dalam perdagangan, juga meminta tanah untuk
pemikiman didaerah Paloh, Tanjung Datuk. Alexander Hare, merupakan wakil dari
pemerintah Inggris yang datang menemui Sultan Sambas pada tahun 1812 mengira
akan dengan mudah mendapatkan beberapa bidang tanah di Sambas, namun ia kecewa
akan sikap Sultan Abubakar Tajudin I yang menolak dengan tengah permintaan dari
wakil pemerintah Inggris Tersebut.
Pada masa itu negeri Sambas dalam keadaan lemah, hal
itu diakibatkan oleh serangan berturut – turut yang dilancarkan pasukan Siak
Sri Inderapura sejak tahun 1789 sampai dengan tahun 1791. Dan disaat itu,
didalam negeri juga sedang mengalami gangguan dari kongsi – kongsi pertambangan
emas orang Cina. Pada tahun 1811 Sultan Abubakar Tajudin I menerima laporan
dari seorang penangkap ikan, mengabarkan bahwa di kuala sungai Sambas kecil
telah berlabuh sebuah kapal asing milik East Indian Company milik Inggris yang
amat mencurigakan. Kedatangan kapal Inggris saat itu dengan maksud menuntut
tanggung jawab dari pangeran Anom yang telah melakukan penyerangan terhadap
kapal Inggris di Tahun 1789 di perairan Banjarmasin. Dan inggris Memberitahukan
kepada Sultan agar mau memenuhi permintaan mereka terhadap daerah Paloh.
Dalam upaya Sultan Sambas mempertahankan negerinya
dari serangan Inggris, diperintahkanlah kepada panglima dan rakyat agar bersiap
siaga untuk membuat daerah pertahanan disebelah kiri dan kanan Sungai Sambas
kecil dan menimbun batu – batu besar kedalam sungai tersebut untuk menghadang
kapal Inggris yang berusaha masuk menelusuri alur sungai Sambas kecil. Sekarang
daerah tersebut dinamakan kampung Sebatu’.
Menurut penjelasan dari Mayor William Thorn
menjelaskan : Serangan pertama dilakukan pasukan Inggris terhadap kerajaan
Sambas adalah pada bulan Oktober tahun 1812 dipimpin oleh kapten Bowen dari
kapal perang Inggris bernama Phoenix. Lalu serangan ke-2 dilakukan pada taggal
22 Juli 1913, dipimpin oleh kapten Watson.
Mereka bergerak masuk melalui kampung Kartiasa di
Sungai Sambas Besar. Pada tanggal 23 Juli 1813,
mereka menurunkan senjata lalu pada tanggal 25 Juli 1813, tentara
Inggris bergerak menuju kota Sambas. Sebelum bergerak masuk, mereka telah
mengirimkan sepucuk surat kepada Sultan yang ditandatangani oleh Kapten Sayer
dan disampaikan oleh Letnan Bayley. Isi surat tersebut meminta agar Sultan
menyerahkan Pangeran Anom beserta pasukannya kepada pihak Inggris. Surat itu tak ditanggapi Sultan, karena ia
bersama rakyat bertekad tidak akan menyerah sebelum berlumur darah melawan
penjajah.
Merasa dilecehkan, pada malam 26 Juli 1813 pasukan
Inggris bergerak maju menyusuri sungai Betung dan hutan rimba menuju Sambas.
Pergerakan tentara Inggris ini dapat dihadang oleh pasukan Sambas, sehingga
Inggris membagi pasukan mereka menjadi beberapa kelompok demi menembus
pertahanan Sambas. Dibawah komando Kapten Morris dari Resimen 14 juga gagal
dalam menembus pertahanan Sambas yang sangat kuat. Kelompok lain dari batalion
sukarela bengal 3 yang dikomandoi Kapten Brookes, yang terdiri dari angkatan
Laut kerajaan Inggris dengan 100 orang India harus mendaki jalan pintas yang
terjal untuk sampai ke sungai Sambas kecil. Masing – masing divisi diiringi
oleh sekelompok kelasi bersenjata yang membantu membawa perbekalan dan membuat
jalan perintis melewati hutan Rimba.
Pasukan Inggris di bawah Komando kapten Watson
diberangkatkan pada jam 03.00 pagi dan setelah melewati berbagai rintangan
alam, sampai didaerah pertahanan pasukan Sambas pada pukul 09.30 pagi. Pasukan
Inggris menyerang dan menghujani negeri Sambas dengan peluru meriam. Pada saat
yang sangat genting tersebut, pangeran Anom beserta keluarganya tidak berada di
Sambas, Ia berada di kampung Lunduk yang berbatasan dengan Sarawak sedang
menderita demam malaraia sejak tahun 1812, yang tak memungkinkan dirinya untuk
kembali ke Sambas. Karena itu, ia mengirim putranya Pangeran Muda berangkat ke
Sambas sebagai ganti untuk memimpin pasukan sambal mengusir serangan pasukan
Inggris.
Kubu pasukan Sambas di tepi Sungai Betung tidak
mungkin lagi dipertahankan, dengan demikian mereka mengundurkan pasukan
disebelah timur daya kampung Pendawan.
Pasukan Inggris kembali menggempur pertahanan di Kampung Pendawan,
setelah mereka menghancurkan pertahanan pasukan Sambas yang berada di Sebatu’
dan Sungai Betung.
Menghadapi musuh dengan persenjataan lengkap,
pasukan sambas bergabung menjadi satu untuk maju ke medan perang dibawah
komando pangeran Muda, Maka terjadilah pertempuran sengit di hutan yang lebat.
Peperangan berubah menjadi perang gerilya yang memakan waktu hingga beberapa
bulan. Dalam perang ini, pangeran muda terkepung oleh pasukan musuh hingga
membuat ia meninggal di medan perperangan.
Beberapa hari kemudian pasukan Inggris bergerak maju
kearah barat laut untuk mengepung pasukan Sambas dan membuat pasukan menyerah. Tak
jauh dari tepi sungai sambas kecil hingga Teberau, pasukan Inggris membakar
sebuah kampung hingga menjadikannya abu, dan sekarang kampung tersebut dinamai
dengan Kampung Angus.
Ketika pangeran Anom mendapat kabar bahwa Sambas
telah kalah dalam peperangan hingga menewaskan putranya pangeran Muda, Ia
sangat marah namun sang pangeran anom tak dapat melakukan apa – apa akibat dari
penyakit demam malaria yang dideritanya.
Ketika negeri Sambas dikuasai Inggris, datanglah
seorang komandan pasukan inggris dengan maksud berkenalan dengan Sultan
Abubakar Tajudin I dan pangeran Anom. Karena pangeran Anom saat itu masih
berada di kampung Lundu, maka komandan itu meminta bantuan pada Sultan untuk
mengerahkan beberapa orang demi membawa pangeran anom kembali ke Sambas. Sultan
Sambas memerintahkan 4 orang datuk kyai serta sepuluh orang pendamping
berangkat menjemput pangeran Anon dan keluarganya untuk kembali ke Sambas, ia
pergi dengan Bedar menemui komandan pasukan Inggris di kapal perangnya.
Pada hari selanjutnya datang Komandan Pasukan
Inggris ke Istana Sultan untuk membahas keadatangan pangeran Anom, dan berjanji
akan melaporkan segala perbincangannya kepada Sultan serta pangeran anom kepada
atasannya di Batavia. Komandan juga berjanji untuk segera mengirim seorang
utusan ke Sambas demi mengikat tali persahabatan dan perjanjian dagang dengan
Sultan dan Pangeran Anom.
Tak lama kemudian, pangeran anom yang telah berada
disambas diangkat menjadi Sultan untuk menggantikan Sultan Abubakar Tajudin I.
Dalam penyerangan Inggris ke Sambas tahun 1812 – 1813, telah mengerahkan
resimen ke-14 batalyon sukarela bengal 3
dan artileri Bengal dengan 3 Kapal Perang.
Menurut catatan Inggris, ketika perang terjadi
pasukan Inggris yang tewas berjumlah lebih dari 15 orang diantaranya para
perwira, dan korban luka berjumlah 58 orang. Sedangkan jumlah pasukan Sambas
yang tewas, berjumlah 12 orang pangeran, dan 150 Prajurit.
Sultan Abubakar Tajudin I meninggal dunia pada 20
hari bulan Ramadhan tahun 1229 Hijriah, pada hari Jum’at 14 September 1814
digantikan oleh pangeran Anom dengan gelar Sultan Muhammad Ali Syaifudin I.
Rujukan :DI catat ulang dari Buku Sejarah Kesultanan Dan Pemerintahan Daerah " diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Pemda Kabupaten Sambas Tahun 2001
KOMEN KALLUU.. :)