Pada Tahun 1789, Pangeran Anom terlibat perang
dengan bajak laut di Banjarmasin. Serangan pangeran Anom di perairan
Banjarmasin merupakan upaya balas dendam pada bajak laut yang telah membunuh
seorang Imam Sambas bernama Datuk Imam Yakub pada masa kesultanan Radin Jama’ (
Sultan Umar Akamadin II ). Serangan tersebut berhasil memukul mundur bajak laut
Banjarmasin hingga mereka melarikan diri sampai ke hulu sungai Barito.
Dalam pelayarannya tahun 1789 dari Banjarmasin
pulang ke pulau Lemukutan, Pangeran Anom menyerang sebuah kapal dagang Inggris.
Walaupun dengan persenjataan yang tertinggal jauh dari kapal Inggris,
Keberanian pangeran Anom dalam memutus haluan kapal Inggris membuat kapal
tersebut takluk dalam sekejap dan menyerah kalah pada pasukan pangeran Anom.
Pangeran Anom dengan kapal perangnya bernama Keruis
dan Fenes kemudian masuk menyelusuri muara Mempawah. Disana mereka bertemu
dengan pasukan Kerajaan Mempawah, dan terjadi kontak senjata untuk waktu yang
tak lama. Kemudian pangeran Anom melanjutkan perjalanannya menelusuri sungai
Kapuas, dengan maksud untuk menyerang kerajaan Pontianak. Sesampainya pangeran Anom beserta pasukan di
sungai Kapuas dan Sungai Landak, ternyata tak ada perlawanan dari pasukan
kerajaan Pontianak. Pangeran Anom dan pasukan disambut hangat oleh pihak
kesultanan Pontianak dan terjadilah perjanjian damai antara keduabelah pihak
untuk tidak saling menyerang satu sama lainnya.
Ketika pangeran Anom kembali berada di Pulau
Lemukutan, Sultan Abubakar Tajuddin I meminta ia untuk segera kembali ke
Sambas, karena sang pangeran telah 5 tahun meninggalkan kampung halaman dan
sanak keluarga di Sambas. Mendengar kabar tersebut, segera pangeran Anom dan
pasukan memacu kapal untuk kembali ke tanah Sambas melewati kuala Singkawang,
Pemangkat, dan masuk ke sungai Sambas kecil menuju muara Ulakan.
Rujukan :DI catat ulang dari Buku Sejarah Kesultanan Dan Pemerintahan Daerah " diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Pemda Kabupaten Sambas Tahun 2001
KOMEN KALLUU.. :)