Gagasan mendirikan negara federal Malaysia dimulai
oleh Perdana Menteri Persekutuan Tanah
Melayu sejak bulan Mei 1961. Walaupun mendapat kritik dari negara tetangga seperti Singapura, Fillipina,
dan beberapa negara lain, Namun kritikan itu tidak diindahkan oleh pihak
kementerian Malaysia, dan pada 16 September 1963 diumumkan Proklamasi
berdirinya Federasi Malaysia yang terdiri dari bagian persekutuan tanah melayu,
Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei. Kemudian Brunei mengatakan tidak mau
bergabung dengan Malaysia diikuti juga oleh Singapura yang keluar dari
persatuan tersebut.
Pemerintah Indonesia menentang keras pembentukan
negara Federasi Malaysia. Alasan dari penolakan tersebut ialah : Pembentukan
Federasi Malaysia adalah bentu Neo-Kolonialisme dari Inggris untuk
mempertahankan dan dominasi Inggris untuk Malaysia yang dianggap Presiden
Soekarno sebagai bahaya terhadap kedaulatan Indonesia. Dengan demikian
Indonesia Menyerukan konfrontasi terhadap Malaysia.
Setelah gagal mendapatkan solusi dari berbagai
perundingan di Fillipina, Thailand, dan Jepang, maka pada tanggal 3 Mei 1964,
President Republik Indonesia mencanangkan
dekrit Dwi Komando Rakyat yang berisi :
1. Perhebat / perkuat pertahanan Revolusi Indonesia
2. Bantu perjuangan Revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei memerdekakan diri dan membubarkan negara Malaysia.
1. Perhebat / perkuat pertahanan Revolusi Indonesia
2. Bantu perjuangan Revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei memerdekakan diri dan membubarkan negara Malaysia.
Semangat konfrontasi terhadap Malaysia oleh
president Soekarno ini tak lain dipengaruhi oleh keberhasilan bangsa Indonesia
dan Komando Trikora dalam membebaskan Irian Barat tahun 1961 – 1963.
Konfrontasi ini pula dipengaruhi oleh partai komunis Indonesia dalam rangka
anti Imprealisme dan Kolonialisme, yang didukung oleh RRC dan Uni Soviet.
Konfrontasi ini berakibat keluarnye Indonesia dari
PBB ( Perserikatan Bangsa – Bangsa ) pada bulan Januari 1965. Ketika pemerintah dan bangsa Indonesia sedang
terlibat konflik bersenjata dengan
Malaysia, sebagian perhatian dan kekuatan ABRI berada di front Sumatera dan
Kalimanta dalam rangka Dwikora, PKI berusaha berhianat terhadap republik
Indonesia. Partai Komunis Indonesia mencoba melancarkan proses perebutan
kekuasaan melalui gerakan 30 September PKI tanggal 1 Oktober 1965, disaat itu
sebagaian besar perhatian dan kekuatan TNI terpusat didaerah Sumatera dan
Kalimantan. PKI mulai melakukan pemberontakan di Jakarta dan daerah – daerah
sekitara, disinyalir akumulasi dari pemberontakan ini menyebabkan jatuhnya
pemerintahan President Soekarno.
Bupati Sambas saat itu “ Firdaus “ yang telah berjuang keras membangun daerah
Kabupaten Sambas. Meningkatkan peranan pemerintah daerah serta pertumbuhan
ekonomi dan perdagangan daerah Sambas
merupakan kesempatan besar dalam membangun daerah. Akan tetapi politik Trikora
dan Dwikora malah menjadikan terpuruknya ekonomi Nasional kala itu. Pada masa Trikora Kabupaten Sambas mendapat
imbas dan juga turun serta dalam mengirimkan relawan dalam rangka pembebasan
Irian Barat. Ketika Komando konfrontasi dicanangkan tahun1964, pemerintah
kabupaten Sambas-pun ikut mempersiapkan sukarelawan Dwikora, karena perhatian
dan dana pemerintah daerah tersedot untuk mendukung Dwikora.
Dalam konfrontasi dengan Malaysia, Kabupaten Sambas
merupakan salah satu basis konsentrasi pasukan sukarelawan Indonesia untuk
berhadapan dengan Serawak, dari laut maupun darat. Dibawah Komando Kodam
XII/Tanjungpura, Kabupaten Sambas dijadikan daerah utama basis untuk menghadapi
negara Malaysia.
Komando Mandala Siaga telah menjadikan Kalimantan
Barat dan Kabupaten Sambas sebagai markas Komando tempur satuan tugas / KOPUR
IV Mandau Bengkayang. Sampai bulan Oktober 1965, Brigjen Supardjo ( Yang
kemudian terbukti sebagai salah seorang pimpinan G.30.S/ PKI ) adalah Komando
KOPUR IV Mandau Bengkayang.
Faktor lain yang turut menghimput pemerintah
kabupaten Sambas kala itu ialah Infiltrasi Pasukan Gerilyawan Rakyat Serawak (
PGRS ) dan PARAKU ( Pasukan Rakyat Kalimantan Utara ), yang dipimpin oleh Azahari
dari Serawak yang telah berhasil memasuki Kabupaten Sambas. Mereka bergabung
dengan Pasukan Gerilyawan Dwikora Indonesia. Gerilyawan PGRS Serawak yang pro
terhadap Komunis ini, di Kalimantan Barat mereka berbaur dengan sukarelawan PKI
dan kelompok Cina Komunis Kalimantan Barat yang Pro-Komunias dan anti pada
Malaysia.
Dalam pelaksanaan operasi lintas bebas di daerah
perbatasan Kalimantan dan Serawak, ditempatkan kesatuan garis didaerah Seluas,
Balai Karangan, Senaning dan Nanga Badau. KOPUR IV Mandau di Bengkayang dan
depan KODAM XII/ Tanjungpura, telah
menempatkan pasukan tempur Brigif 5 diponegoro, Yonif 305 / Siliwangi dan 521 /
Brawijaya untuk membuat garis pertahanan disepanjang daerah Paloh, Jawai, Teluk
Keramat, dan Pemangkat. Situasi panas seperti inilah yang selalu dihadapi
Bupati Firdasu hingga tahun 1965, yang menjadi salah satu faktor dan tantangan
dalam melaksanakan pembangunan Kabupaten Sambas.
Karena Pengaruh konsentrasi pasukan di Kalimantan
Barat, menyikapi hal tersebut pemerintah daerah-pun ikut membentuk sukarelawan
Dwikora. Para Pegawai, Pemuda, Mahasiswa, Wartawan dan banyak kalangan, turut
untuk menjadi sukarelawan, dan Mereka dilatih kemiliteran dan berpakaian hijau.
Itulah salah satu kendala keterlambatan pembangunan daerah Sambas akibat
darurat perang.
Rujukan :DI catat ulang dari Buku Sejarah Kesultanan Dan Pemerintahan Daerah " diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Pemda Kabupaten Sambas Tahun 2001
Rujukan :DI catat ulang dari Buku Sejarah Kesultanan Dan Pemerintahan Daerah " diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Pemda Kabupaten Sambas Tahun 2001
KOMEN KALLUU.. :)