Setelah dihadapkan oleh berbagai pergolakan dan
kofrontasi dengan Malaysia, pemerintahan
Bupati Firdaus masih dihadapkan dengan pemberontakan G.30.S/PKI sebagai
tantangan kedua dalam nuansa Dwikora.
Oleh karena Partai Komunis Indonesia mendukung
politik konfrontasi terhadap Malaysia, maka gerakan PKI di Kalimantan Barat
cukup kuat menjelang gerakan G.30.S /PKI, dan potensi kekuatan PKI di
Kalimantan Barat terdiri dari :
1. PKI
Kalimantan Barat Pimpinan SA.Sofyan, Kemek, Saadi Abdullah, Bambang Sumitro,
M.Tahak, Peng Zen Nen, Sukotjo Katimo dan lain – lain.
2. Simpatisan
PKI Kalimantan Barat didukung oleh organisasi Baperki dan Chung Hwa Chung Hwi
dipimpin peng Zen Nen, The Bu Kiat, dan Tan Bun Hiap.
3. Sukarelawan
Dwikora PKI dari berbagai daerah
4. Gerilyawan
PGRS dan PARAKU yang berkerjasama dengan PKI Kalimantan Barat
Di Kalimantan Barat PKI sejak bulan Mei telah
menggalang Massa, dengan melakukan kegiatan mengirimkan para pemimpin mereka ke
daerah ( istilah TURBA : turun ke bawah ), didukung oleh pimpinan Baperki.
Mereka melakukan pelatihan kepada para pemuda, wanita, dan buruh ( BTI dan
Gerwani di Kuala Mandor, Toho, serta Punggur ).
Menjelang Malam Tanggal 1 Oktober 1965 pimpinan PKI
SA.Sofyan, Kemek, Pen Zen Nen, Tan Bun Hiap dan lain – lain berkumpul di kantor
PKI di Jl, Penjara Pontianak, sambil mengikuti perkembangan di Jakarta. Lalu
pada pagiharinya mereka mengumumkan Gerakan 30 September dan Relawan Reovolusi.
Kegagalan Gerakan 30 September di Jakarta
menyebabkan rakyat Pontianak dan di daerah sekitar menuntut agar PKI kalimantan
Barat segera dibubarkan. Atas dasar tersebut lalu beberapa pimpinan PKI
Kalimantan Barat ditangkap meskipun beberapa dari merekapun berhasil lari.
Sejak saat itu, mulailah pertualangan PKI bergabung dengan sukarelawan
PGRS/PARAKU di hutan – hutan , terutama ketika PGRS / PARAKU di Kalimantan
Barat di nyatkan sebuah gerakan terlarang setelah normalisasi hubungan
Indonesia dan Malaysia.
S.A Sofyan ( Nama Cina Tai Ko ) bergabung dengan
Wong Hon ( PGRS ) yang sempat merebut senjat AURI di daerah Sanggau Ledo,
kemudian mereka merekrut pasukan di Gunung Bara, Sungai Duri, lalu pindah ke
Segedong.
Akhir dari eksistensi PKI di Kalimantan Barat ketika
pasukan Kala Hitam Berhasil menembak mati S.A. Sofyan dan anak buahnya di
daerah terentang pada tanggal 12 Januari 1974. Sedangkan di Kabupaten Sambas
kekuatan PKI terbilang cukup kuat, terutama karena mereka didukung oleh warga
Cina yang Pro- Komunis terutama di daerah Singkawang dan Pemangkat. Ketika
G.30.S/PKI gagal melancarkan perebutan kekuasaan, rakyat Sambas yang sadar atas
penghianatan PKI, turut menumpas Gerakan 30 September /PKI.
Pada tanggal 29 September 1965, Brigjen Supardjo telah meninggalkan pos komando Tempur IV / Mandau dan bergaung dengan Pimpinan G.30.S/PKI di Jakarta.
Pada tanggal 29 September 1965, Brigjen Supardjo telah meninggalkan pos komando Tempur IV / Mandau dan bergaung dengan Pimpinan G.30.S/PKI di Jakarta.
Rujukan :DI catat ulang dari Buku Sejarah Kesultanan Dan Pemerintahan Daerah " diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Pemda Kabupaten Sambas Tahun 2001
KOMEN KALLUU.. :)