Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah
diketeahui oleh beberapa penduduk di Sambas melalui siaran radio Serawak.
Karena tentara Jepang masih berkuasa di Sambas, berita penting ini belum dapat
menyebar secara luas. Penduduk masih merasa takut terhadap tindakan tentara
Jepang, kejam dan sadis bilamana mendengar rakyat ingin bergerak.
Di Singkawang berita proklamasi masih beredar secara
tersembunyi dikalangan tokoh pejuang saja. Berita proklamasi diketahui secara
jelas ketika pada saat utusan PPRI Pontianak Ya’Ahmad Dundit datang ke
Singkawang tanggal 2 Oktober 1945, membawa berita bahwa Indonesia telah merdeka
sejak 17 Agustus 1945. Cukup lamanya kepastian berita proklamasi itu diketahui
karena perhubungan yang sulit dan di Pontianak terjadi perjuangan melawan
Belanda. Rakyat Sambas mendapat kepastian tentang kemerdekaan Indonesia tanggal
17 Agustus 1945, tatkala pemuda Sambas Zainuddin Nawawi dan Gifli Ismail yang
bermukim di Pontianak datang ke Sambas. Sejak saat itu tumbuh semangat yang menggelora
dalam hati sanubari tokoh pejuang Sambas
untuk siap menegakkan Proklamasi Kemerdekaan serta mempertahankan dengan
segenap daya dan upaya yang ada.
Tanggal 23 Oktober 1945, berdirilah organisasi
perjuangan : Persatuan Bangsa Sambas
( PERBIS ) dengan pimpinan H. Siradj Sood, Naim Razak, M. Kemad, Umar Sood, U. A. Hamid yang Juga dibentuk komite Nasional Sambas. Bersamaan dengan terbentuknya Perbis, tiba pula tentara sekutu di kota Sambas dengan dibonceng Nederland Indische Civiel Administratio ( NICA ) dibawah pimpinan Asisten Resident Brieckvild dan pasukan KNIL yang dipimpin oleh Kapten Van Der Schoors, dan Sersan Mayot Blok. Kedatangan sekutu dan Belanda di Sambas sama sekali tidak mendapat simpati dari rakyat Sambas karena telah tahu pasti sifat dan keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia termasuk wilayah Sambas.
( PERBIS ) dengan pimpinan H. Siradj Sood, Naim Razak, M. Kemad, Umar Sood, U. A. Hamid yang Juga dibentuk komite Nasional Sambas. Bersamaan dengan terbentuknya Perbis, tiba pula tentara sekutu di kota Sambas dengan dibonceng Nederland Indische Civiel Administratio ( NICA ) dibawah pimpinan Asisten Resident Brieckvild dan pasukan KNIL yang dipimpin oleh Kapten Van Der Schoors, dan Sersan Mayot Blok. Kedatangan sekutu dan Belanda di Sambas sama sekali tidak mendapat simpati dari rakyat Sambas karena telah tahu pasti sifat dan keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia termasuk wilayah Sambas.
Perbis merupakan organisasi yang mampu mempersatukan
tokoh pejuang di Sambas yang dengan segala usahanya diarahkan untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Belanda mengajak menjalin kerja
sama melalui Naim Razak dan Kapten Schoor melalukan pendekatan melalui Perbis
ikut membantu NICA dalam menjalankan pemerintahan di kota Sambas dan sekitarnya.
Pimpinan Perbis menolak dengan tegas tawaran Schoor, dan Naim Razak menegaskan
bahwa Sambas adalah termasuk wilayah Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat
penuh dan tidak memerlukan bantuan dari NICA.
Semenjak Perbis bersikap tegas dan menolak dengan mentah
ajakan kerjasama dengan Belanda, maka tindakan kekerasan dari pihak Belanda
semakin meningkat. Hal itu terlihat ketika ketua Perbis H. Siradj Sood hendak
menaikkan bendera Merah Putih dalam peristiwa demonstrasi besar di halaman
Istana Kerajaan Sambas ia ditembak oleh serdadu Belanda, dan Tabrani gugur
dalam peristiwa tersebut yang terjadi tanggal 27 Desember1945.
Peristiwa berdarah yang menimpa rakyat Sambas tidak
berhenti sampai disitu. NICA kembali membuat ulah dengan melakukan penangkapan
kepada tokoh Perbis diantaranya, H. Malik, Umar Sood, Uray Hamid dan Naim Razak
dan ditahan di penjara. Pada hari – hari berikutnya dengan pasukan lengkap NICA
melakukan patroli militer ke segenap penjuru kota Sambas.
Tidak seluruh tokoh pejuang yang dapat ditangkap
oleh NICA, mereka yang luput menyingkir ke pedalaman yang sukar ditempuh dan
dijangkau tentara Belanda. Mereka mengadakan konsolidasi meneruskan perjuangan
bahkan dapat menghimpun rakyat. Ketika suasana penuh semangat perjuangan,
Andriani Hardigaluh yang mendapat tugas khusus dari Gubernur Kalimantan Ir.
Pangeran M. Noor, sebagai komandan resiment ditugaskan untuk membantu dan
memperkuat perjuangan di Kalimantan Barat. Pada awal kedatangannya Andriani
bersikap seperti penduduk setempat mengingat bahwa ia belum mengetahui mana
kawan dan mana lawan yang sebenarnya, akibatnya banyak para pejuang di Sambas meragukan
kehadirannya. Meskipun demikian, Andriani disambut hangat oleh masyarakat
Sambas karena ia mempunyai pengetahuan yang cukup luas tentang pertempuran.
Pertemuan demi pertemuan dilakukan sebagai upaya menggalang potensi pemuda
untuk ikut menegakkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia yang telah dicapai.
Para tokoh Perbis telah memahami langkah yang akan
diambil kelompok lainnya yaitu organisasi Pemuda Indonesia Merdeka ( PIM )
serta Gerakan Indonesia Merdeka ( GERINDOM
) Yang dipimpin Arief Sattok bersama salin bahu – membahu dalam
menegakkan Kemerdekaan RI di Wilayah Sambas. Diputuskan untuk menyerang tangsi
milliter NICA, dengan bantuan pejuang dari daerah Pemangkat dan Singkawang.
Rencana penyerbuan telah dipersiapkan secara matang, Andriani yang menyamar
sebagai montir mobil NICA bertindak sebagai komando. Namun karena keadaan yang
tidak memungkinkan serangan yang telah siap dilakukan menjadi gagal.
Para pejuang tidak berputus asa, Arief Sattok
sebagai pimpinan Gerindom menyusun langkah berikutnya agar pemuda tetap dalam
momentum gelora perjuangan melalui usaha mempercepat komunikasi antar pimpinan.
Pihak Belanda rupanya telah mencium gerakan ini dan memberikan tekanan demi
menggagalkan gerakan. Disamping itu para pemimpin perjuangan pada 11 November
1945 mendirikan organisasi lain diantaranya Persatuan Muslim Indonesia Sambas (
PERMI ) yang dipimpin oleh H. Siradj Sood, Arief Sattok, dan Fahrie Sattok.
Gerakan Pemuda Indonesia ( GERPINDO ) pimpinan Tan Moch. Saleh, persatuan
Bhakti oleh Naim Razak, Samiri H. N. Dengan maksud untuk memecah perhatian
Belanda.
Masing – masing organisasi itu membina anggota dan
massanya untuk mengusir penjajah Belanda dari Sambas, serta siap berjuang dan
menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia. Melalui Permi dilakukan kegiatan ke
desa- desa menyiarkan agama sambil membangkitkan semangat perjuangan. Izzudin
Zubir, Arif Sattok, Sar’ie Dahlan dengan gigih masuk patriotisme di kalangan
pemuda desa. Ternyata gerakan ini mendapat sambutan masyarakat luas, sehingga
pengaruhnya mampu merasuk ke luar daerah – daerah Sambas, dan terjalinlah
hubungan antar organisasi. Terbentuk pula Persatuan Umum Rakyat Indonesia ( PORI
) di Pemangkat yang dipimpin U. Bawadi Munzilli Nawawi, Musni Gafar, Hakim,
A.Samad Mustafa dan Urai Zakaria.
Walaupun berjalan lambat dan terputus, penyerangan
rakyat Sambas tetaplah hidup. Tanggal 10 Januari 1949 subuh, kembali terjadi
kekacauan dimana rakyat menyerang tangsi Belanda di kota Sambas yang dipimpin
Ali Anyang, Samiri, Fahri, Ali Akbar dan lain – lain. Penyerangan yang
dilakukan oleh sekitar 40 rakyat selama 1 jam walau dapat dipatahkan Belanda,
semangat patriotik tetap berkobar. Dalam peristiwa ini menyebabkan gugurnya
pahlawan perjuangan bernama Zainuddin, Hasan, dan Samad.
Bengkayang merupakan wilayah strategis lintasan dari
Khucing ( Serawak ) ke Kota Singkawang.
Terdapat tangsi milliter di Bengkayang yang mempunyai hubungan penting dengan
Singkawang, dan di Utara Singkawang terdapat lapangan udara Sanggau Ledo.
Semenjak berita Proklamasi Kemerdekaan yang di bawa Ya’ Ahmad Dundik seorang
pengurus PPRI Pontianak di kota Singkawang tunbuh usaha pembentukan organisasi
perjuangan di Singkawang dan Bengkayang.
Wan Abbas Mansyur setelah mendengar Indonesia
Merdeka, membentuk Organisasi Tenaga Repbublik Indonesia ( TRI ) di Singkawang.
Pada awal gerakan TRI diarahkan untuk menghadapi kelompok Cina yang menyatakan
bahwa Kalimantan Barat akan menjadi jajahan Tiongkok. Singkawang memang daerah
yang bayak dihuni penduduk golongan Cina, karena merupakan pusat perdagangan.
Sebelumnya Cina pernah melakukan pemberontakan terhadap Sultan Sambas, tapi
pemberontakan tersebut dapat dipatahkan. Karena kekuasaan Cina cukup banyak,
maka kesiapan menghadapi kekuatan pasukan Belanda yang selalu melancarkan
tekanan kepada pejuang. Pimpinan TRI diancam untuk ditangkap, namun dapat
menghidar dengan menepi ke hutan – hutan untuk bersembunyi.
Akhirnya TRI membubarkan diri karena selalu mendapat
ancaman dan tekanan dari Belanda. Sementara pejuang lainnya membentuk
organisasi baru yakni Barisan Pemberontakan Republik Indonesia ( BPRI ) dibawah
pimpinan dr. Salekan dan Bero Mertosoetikno. BPRI mendapat dukungan dari Kapten
Bambang Ismoyo yang baru saja datang dari pula Jawa untuk membantu perjuangan
di Kalimantan Barat. Juga dibantu oleh Ali Anyang, pimpinan BPIKB yang sedang
melakukan perjuangan didaerah Singkawang. BPRI juga didukung Tillah Wijaya yang
menyingkir dari Mempawah dan Ya’cob Ahmad.
Pada tanggal 23 Oktober 1945 pasukan tentara Belanda
atau NICA yang berkualisi dengan tentara sekutu ( Australia ) datang kembali
untuk menguasai kota Sambas. Memperhatikan suasana ini maka pada tanggal 26
Oktober 1945, dengan menggunakan kendaraan sebuah truck, pemuda akir dan kawan
– kawan yang datang dari Pemangkat ke Sambas datang untuk mengibarkan bendera
Merah Putih sembari meneriakkan kata “ MERDEKA”, disambut oleh pengurus Persbis
( Persatuan Bangsa Indonesia Sambas ) dengan pusat kegiatan di sekolah
Tarbiyatul Islam Sambas.
KOMEN KALLUU.. :)