Sultan Abubakar Tajuddin I dan Pangeran Anom adalah
2 tokoh yang sangat gigih dalam mempertahankan kedaulatan Sambas dari
rongrongan bajak laut maupun orang Portugis, Spanyol, Belanda dan China.
Berbagai perperangan yang telah mereka lakukan membuat, Sultan dan Pangeran
Anom disegani oleh Kerajaan tetangga maupun orang – orang Eropa dan China.
Orang Cina yang telah bermukim sejak abad ke 18 di
Negeri Sambas, menjadi ancaman serius bagi Kesultanan Sambas dan Rakyat pada
masa itu. Kongsi – kongsi yang didirikan orang Cina dibeberapa daerah Seperti
Kongsi taikong yang berpusat di daerah Lumar, Lara, dan Menterado. Sedangkan
Kongsi Sam Tio Kiu berkedudukan di
Sebangkau, Sebawi, dan Seminin.
Selain itu juga, beberapa bajak laut yang berasal
dari Zulu antara lain Datuk Cemerlang, Datuk Thuma’ Dan Datuk Akub, yang
terkenal akan keberaniannya telah berhasil memasuki Sambas, mereka menyamar
sebagai pekerja dari 2 Kongsi Thai Khong dan Sam Tio Kiu dengan bayaran yang
murah. Setelah diterima sebagai pekerja kedua kongsi tersebut, mereka kumpulan
bajak laut mencoba mengadu domba kedua kongsi untuk menimbulkan sengketa.
Propaganda tersebut dimulai ketika Datuk Thum’ dan Datuk Akub yang bekerja
dibawah kongsi Sam Tio Kiu dengan sengaja menggali emas di wilayah tambang
kongsi Thai Kong. Dan Datuk Cemerlang
yang bekerja dibawah Kongsi Thai Kong melakukan penggalian emas namun hasil
dari penggalian tidak diberikan sepenuhnya kepada pihak kongsi. Akibat dari
kelakuan buruk para bajak laut tersebut, terjadilah perselisihan antara kedua
Kongsi hingga menimbulkan perperangan yang memakan banyak korban, dan
dimenangkan oleh kongsi Thai Kong.
Akibat kekalahan yang didera oleh kongsi Sam Tio
Kiu, mereka dengan segera meminta bantuan kepada Pangeran Anom untuk mengusir
pekerja dari Kongsi Thai Kong agar segera meninggalkan wilayah pertambangannya.
Untuk mendapatkan bantuan dari pihak kerajaan, mereka memberikan janji untuk
tunduk patuh di bawah kesultanan dan bersedia membayar upeti sesuai ketentuan
yang ditetapkan. Dengan mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang terjadi dari
pertikaian ke-2 kongsi, maka Sultan
Abubakar Tajuddin I bersedia membantu Kongsi Sam Tio Kiu. Telah melakukan
pertimbangan sedalam – dalamnya akhirnya Sultan mengutus Paangeran Anom untuk
menyerbu Kongsi Thai Kong yang berpusat di Lumar, lara, dan Monterado. Pasukan
Pangeran Anom dibantu oleh para pekerja Kongsi Sam Tio Kiu dan didampingi
seorang mantan panglima kerajaan Siak Sri Iderapura yang menetap di Sambas
yaitu Panglima Teungku Sambo’,
Pertempuran yang berlangsung antara pasukan Sambas
dan Orang – orang Thai Kong berlangsung cukup seimbang, namun hal tersebut tak
membuat Pangeran Anom kehilangan Siasat untuk menembus pertahanan dari orang
Thai Kong. Pertempuran yang meluas hingga lembah Singkawang, dengan demikian
Pangeran Anom dan pasukan berhasil menduduki beberapa benteng pertahanan dari
orang Thai Kong. Pertempuran yang terjadi di Menterado menelan banyak korban
jiwa hingga salah satu Panglima Teungku Sambo’ juga gugur dalam pertempuran.
Tewasnya panglima Tengku Sambo’ amat disayangkan oleh Pangeran Anom, Namun
kematian seorang panglima tidak membuat nyali pasukan menjadi ciut. Mereka semakin bersemangat untuk melakukan
pertempuran dan akhirnya orang – orang Thai Kong dapat dikalahkan.
Berdirinya Kongsi Cina di Sambas padamulanya hanya
untuk melakukan pertambangan emas. Namun beberapa tahun kemudian mereka menjadi
sebuah perkumpulan politik yang bermaksud menguasai negeri ini. Kongsi –kongsi
Cina itu berkembang pesat di daerah Sambas, Bengkayang, Mentrado dan Mandor.
Sebagaimana yang telah dilaporkan oleh George Windsor Earl dalam bukunya yang berjudul “ The Fastern Seas” diterbitkan oleh Oxford University Press tahun 1973 sebagai berikut :
Sebagaimana yang telah dilaporkan oleh George Windsor Earl dalam bukunya yang berjudul “ The Fastern Seas” diterbitkan oleh Oxford University Press tahun 1973 sebagai berikut :
“ Sesuai dengan pengumuman dan pemberitaan kaisar
Cina bahwa, tidak ada daerah jajahan Cina, maka penduduk dari pemukiman tidak
berada di bawah kontrol negeri asal ( China ), Karena itu mereka bebas
mendirikan setiap bentuk pemerintahan yang disukai. Wilayah kongsi wilayah
pertambangan emas di bagi menjadi distrik – distrik dan setiap distrik
diperintahkan oleh sebuah perwakilan yang dipilih dan tiap penduduk pria
mempunyai satu suara. Perwakilan ini disebut Kung Se, yang terdiri dari lima
orang. Yang paling terpandang dan paling cakap dipilih untuk menjadi ketua dan
sekertaris Kung Se. Para Kung Se inilah yang memilih Gubernur, mereka mempunyai hak dan ketentuan mengatur
segenap masalah dalam Kongsi baik di luar maupun didalam.”.
Kongsi Cina yang berada di daerah Sambas,
bengkayang, menterado, dan Mandor mempunyai benteng pertahanan untuk
mempertahankan kongsi mereka. Karena telah memiliki sistem pertambangan dan
pertahanan atas daerah tertentu oleh para pekerja tambang emas orang – orang
cina ini, seakan mereka merupakan Sebuah “Republik Kecil Cina” di daerah Sambas
dan Mempawah. Kongsi Cina yang awalnya telah didatangkan oleh Sultan Sambas
untuk bekerja menambang emas, kini telah menjadi musuh bagi Kesultanan.
Rujukan :DI catat ulang dari Buku Sejarah Kesultanan Dan Pemerintahan Daerah " diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Pemda Kabupaten Sambas Tahun 2001
Rujukan :DI catat ulang dari Buku Sejarah Kesultanan Dan Pemerintahan Daerah " diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Pemda Kabupaten Sambas Tahun 2001
KOMEN KALLUU.. :)